KABUPATEN TANGERANG, REDAKSI24.CO.ID – Sejumlah mahasiswa menilai, masa awal kepemimpinan Bupati Tangerang, Moch Maesyal Rasyid dan Wakil Bupati, Intan Nurul Hikmah ini masih diwarnai oleh kenyataan pahit: “kemiskinan ekstrem yang belum terselesaikan”
Yang menjadi sorotan utama mahasiswa ini adalah, Kecamatan Tigaraksa yang merupakan pusat pemerintahan daerah, masuk dalam daftar empat kecamatan dengan angka kemiskinan ekstrem tertinggi. Empat kecamatan itu yakni, Kecamatan Jambe yang mecapai 14.765 keluarga miskin.
Kemudian disusul oleh Kecamatan Tigaraksa yang mencapai 11.082 KK miskin, selanjutnya, Kecamatan Solear dan Cisoka masing-masing mencatat 8.051 KK dan 5.412 KK.
“Ini bukan kritik tanpa dasar. Tigaraksa adalah jantung pemerintahan, tapi justru menjadi salah satu kantong kemiskinan ekstrem. Ini bukan sekadar ironi, ini kegagalan struktural,” tegas alif, perwakilan mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Penegak Demokrasi (AMPD).
Alif menyebut program unggulan pemerintahan saat ini yang dikenal dengan nama *PROSPEK (Program Sistematis Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan Komunitas) memiliki visi yang ambisius, namun hingga kini belum terlihat dampak riilnya di lapangan.
“PROSPEK harus lebih dari sekadar akronim cantik. Harus ada aksi konkret yang dirasakan rakyat, terutama di desa-desa miskin dan wilayah kantong pengangguran,” ujar alif .
Mahasiswa menuntut agar program PROSPEK tidak hanya terjebak pada retorika pembangunan, tetapi benar-benar menyentuh kebutuhan dasar masyarakat, seperti akses pangan, pekerjaan, pendidikan, dan perumahan layak.
Dalam pernyataan tertulisnya, mereka juga mendesak agar Pemerintah Kabupaten Tangerang membuka ruang dialog terbuka dengan publik secara berkala, untuk memastikan bahwa proses pembangunan bersifat partisipatif, bukan sekadar top-down.
“Kami bukan sedang menghakimi, kami mengingatkan. 100 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati adalah momentum refleksi, bukan selebrasi,” tutup alif.
(Der)